Pura Pucak Mangu Bali: Keheningan Spiritual di Puncak Gunung Catur

Plasmahero

Kata “mangu,” yang mengingatkan pada lirik lagu Fourtwnty, terasa pas menggambarkan suasana Pura Pucak Mangu. Terletak di puncak Gunung Catur, pura ini terselubung dalam ketenangan pepohonan dan kabut, menghadirkan kedamaian yang mendalam. Itulah kesan saya setelah mengunjungi Pura Pucak Mangu di Bali.

Pendakian bersama ayah saya dilakukan pada Senin, 16 Juni 2025. Kami memilih hari Senin untuk menghindari keramaian khas akhir pekan. Ada dua jalur pendakian Gunung Catur: melalui Petang, Badung, dan Bedugul, Tabanan. Kami memilih jalur Bedugul karena lebih dekat dan familiar.

Di jalur Bedugul, kami membeli tiket masuk seharga Rp 10.000/orang. Tersedia area parkir untuk mobil dan motor, meskipun parkir mobil agak terbatas; sehingga sepeda motor lebih direkomendasikan. Dari tempat parkir, trek pendakian bersebelahan dengan Danau Beratan langsung terlihat. Namun, petunjuk arah di awal jalur kurang jelas; kami sempat kebingungan. Untungnya, warga lokal di warung dan rumah sekitar dengan ramah menunjukkan arah.

Di jalur pendakian, penanda berupa pita putih atau biru pada pohon menjadi petunjuk. Awalnya, jalur relatif landai, bahkan beberapa sepeda motor warga terlihat melintas. Jalan menanjak baru terasa setelah melewati tiga bangunan mirip posko. Setelah itu, tanjakan curam dan semak belukar menyulitkan perjalanan. Beberapa bagian jalan membutuhkan bantuan tali karena licin akibat hujan dan kurangnya pijakan. Ketiadaan penunjuk pos juga membuat kami kesulitan mengukur jarak tempuh. Jalur ini juga dikenal sebagai habitat pacet; untungnya, kami hanya bertemu satu ekor.

Perjalanan puncak memakan waktu sekitar dua jam, termasuk waktu istirahat yang cukup lama karena kondisi fisik ayah saya. Namun, sampai di puncak bersama beliau menjadi momen berharga.

Suasana Pura Pucak Mangu di puncak sangat hening dan sunyi, makin khusyuk karena sedikitnya pendaki di hari kerja. Pemandangan Danau Beratan dan perbukitan sekitarnya sangat menakjubkan. Kami pun melakukan persembahyangan sebagai ungkapan syukur dan doa untuk keselamatan perjalanan pulang.

Di puncak, terdapat dua bale atau tempat istirahat yang nyaman. Kami memanfaatkannya untuk beristirahat dan menikmati bekal. Banyak spot foto menarik, mulai dari pura, danau, hingga rimbunnya pepohonan, dengan latar yang berubah-ubah antara cerah dan berkabut.

Semua kesulitan terbayar lunas dengan kedamaian yang kami rasakan di puncak. Keheningan Pura Pucak Mangu menawarkan ketenangan yang kontras dengan hiruk pikuk kota. Bagi yang ingin mendaki, disarankan untuk memiliki pengalaman mendaki sebelumnya dan mempersiapkan bekal yang cukup, karena jalur ini cukup menantang bagi pendaki pemula.

Ringkasan

Pura Pucak Mangu di puncak Gunung Catur, Bali, menawarkan suasana tenang dan damai. Penulis mengunjungi pura tersebut pada 16 Juni 2025 melalui jalur Bedugul, dengan biaya tiket masuk Rp 10.000/orang. Perjalanan pendakian selama dua jam cukup menantang, dengan jalur yang terkadang licin dan kurangnya penunjuk arah yang jelas, namun pemandangan Danau Beratan dari puncak sangat menakjubkan.

Di puncak, Pura Pucak Mangu memberikan ketenangan spiritual yang mendalam. Terdapat dua bale untuk beristirahat dan berbagai spot foto menarik. Pendakian disarankan bagi mereka yang berpengalaman, karena jalur cukup sulit dan membutuhkan persiapan yang matang, termasuk bekal yang cukup. Keheningan dan pemandangan alamnya menjadi imbalan yang setimpal atas usaha yang dikeluarkan.

Baca Juga

Bagikan: