Jelajah rumah terbengkalai tak selalu soal keindahan; terkadang, pesona justru hadir dari sisa-sisa kehidupan yang tertinggal. Potret-potret usang, kalender lapuk, dan barang-barang yang ditinggalkan—semuanya bercerita tentang masa lalu. Pengalaman saya menjelajahi sebuah rumah tua di Cibisoro, Kecamatan Bojongsoang, Bandung, membuktikan hal ini.
Rumah ini, menurut Pak Ependi, penjaganya, dulunya milik seorang seniman yang kini telah pindah ke Kota Bandung. Beberapa kali ada tawaran pembelian dan rencana penyewaan untuk usaha konveksi, namun semuanya tak membuahkan hasil. Akibatnya, rumah itu kini termakan usia; atapnya mulai roboh, dan kayu penyangganya lapuk. Petualangan saya dimulai sekitar pukul 17.30, menjelang Maghrib. Suasana masih ramai dengan aktivitas anak-anak yang bermain bola di sekitar rumah.
Mendekati rumah, saya harus melangkah hati-hati. Rumput ilalang setinggi badan saya menghalangi jalan, dan saya harus waspada terhadap kemungkinan hewan buas yang bersembunyi di dalamnya. Di bagian samping, sebuah tulisan usang terpampang jelas di antara semak belukar: “Dilarang buang sampah.” Kondisi ini memaksa saya membawa tongkat untuk menyingkirkan rumput dan sekaligus sebagai alat pengusir hewan.
Untungnya, sisi rumah yang lain lebih bersih, memungkinkan saya untuk menjelajahi dan memotret dengan leluasa. Pak Ependi menjelaskan bahwa bagian ini dulunya berfungsi sebagai tempat nongkrong pemilik rumah. Setelah memotret bagian samping, saya menuju bagian depan. Pemandangan hamparan sawah dan pegunungan di selatan tampak jelas dari sana—mungkin inilah alasan tempat ini menjadi lokasi favorit untuk bersantai.
Sebelum memasuki rumah, saya mengamati sekeliling. Beruntung, tak ada orang di dalam. Namun, saat hendak melangkah masuk, saya merasakan seperti dilempar batu kecil. Sekitar tampak kosong. Itu adalah awal dari serangkaian keanehan, namun saya tetap melanjutkan eksplorasi.
Di dalam rumah, pemandangan yang menyayat hati terbentang. Genting ambruk karena penyangganya telah lapuk. Jendela yang sebelumnya saya foto, tertutup ilalang dan tulisan “Dilarang buang sampah sembarangan,” terlihat tak terawat. Meski suasana cukup adem, perasaan creepy tak dapat dihindari, terutama karena waktu menjelang Maghrib. Kekhawatiran saya bukan semata pada hal-hal gaib, namun juga pada kemungkinan adanya orang yang berniat jahat.
Tangga menuju lantai dua masih utuh, lengkap dengan keramiknya. Saya cukup terkejut menemukan bahwa jendela di lantai dua, yang dari luar tampak kokoh, ternyata telah dibongkar. Di sinilah kisah yang lebih mencekam muncul. Sekitar tahun 2022, terjadi kasus pembunuhan di rumah ini. Korban diduga dipukul hingga jatuh dari lantai dua. Di lantai dua yang telah dibongkar, terlihat bekas-bekas konstruksi kayu yang digunakan sebagai lantai, bukan cor beton.
Di salah satu kamar di lantai dua, terlihat bekas tempat tidur dan coretan-coretan grafiti yang menunjukkan bahwa tempat ini telah disalahgunakan sebagai markas geng. Pemandangan hamparan sawah terlihat jelas dari jendela kamar ini. Rumah ini dulunya pasti cukup bagus, terlihat dari detail bangunannya yang terawat—setidaknya sebelum ditinggalkan.
Ruang terakhir yang saya kunjungi adalah kamar mandi. Bak mandi masih utuh, namun penuh dengan sampah: sisa genting, sampah plastik, botol minuman keras, dan kaleng lem. Kotak sabun masih berada di tempatnya. Saat menjelang Maghrib, sekitar pukul 18.00 WIB, saya mendengar suara ketukan di dinding dekat bekas tempat tidur. Hawa semakin dingin dan tak nyaman, seakan memberi sinyal untuk segera pergi.
Pengalaman menjelajahi rumah terbengkalai di Cibisoro ini sungguh berkesan. Rumah yang ditinggalkan ini sering menjadi sarang kejahatan, dan kunjungan saya ini adalah kunjungan ke tempat kejadian perkara sebuah kasus pembunuhan. Semoga pengalaman ini dapat menjadi cerita yang menarik untuk Anda.
Sampai jumpa di catatan eksplorasi lainnya.
Ringkasan
Rumah terbengkalai di Cibisoro, Bojongsoang, Bandung, dulunya milik seorang seniman yang kini telah pindah. Rumah tersebut pernah ditawarkan untuk dijual dan disewakan, namun gagal. Kondisi bangunan kini memprihatinkan dengan atap yang roboh dan kayu penyangga yang lapuk, meskipun pemandangan sawah dan pegunungan terlihat indah dari lokasi tersebut.
Di dalam rumah, ditemukan kondisi yang memprihatinkan, termasuk genting yang ambruk dan jendela yang rusak. Rumah ini juga pernah menjadi lokasi pembunuhan pada tahun 2022, dan bekas-bekasnya masih terlihat. Selain itu, terdapat coretan grafiti yang mengindikasikan pernah digunakan sebagai markas geng. Pengunjung merasakan suasana mencekam dan sejumlah kejadian aneh selama eksplorasi.